Wednesday, January 23, 2013

Kenapa maksud baik tidak selalu berguna?

| | 0 ulasan
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?

..Kenapa maksud baik tidak selalu berguna?  ..
..kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?..
..Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan..

Pernahkah kalian mendengar bait-bait bersemangat diatas ini, jika tidak jom kita layan puisi hebat ini.

Sebelum saya terlupa saya ingin mengucapkan salam Maulidur Rasul kepada semua umat islam, semoga hari ini menjadi titik semangat kita untuk mencintai nabi Muhaammad s.a.w, ohh bukan sahaja bersemangat kerana semangat itu kadang-kala sifatnya tidak tentu seperti pasang surutnya air,  tetapi juga perlu diiringi dengan kefahaman kenapa kita perlu mencintai nabi kita Muhammad S.A.W, barulah ia kekal selagi mana kita faham dimana hubungan kita dengan nabi kita selagi itulah kita mencintainya, tidak perlu menanti tibanya Maulidur Rasul baru kita ingin mengigatinya.

Sama juga seperti pendidikan awal kepada kanak2, selain ibu bapa perlu mendidik anak dengan arahan untuk mendirikan solat, arahan itu juga perlu diiringi dengan kefahaman kenapa anak itu perlu solat, agar kelak apabila mereka terpisah dengan 'arahan' tersebut, mereka tetap melakukan solat kerana mereka faham mereka solat bukan disebabkan arahan ibubapa.

Cuma pasti kita tertanya bagaimana kita ingin memahaminya? bagi saya jawapannya pasti tidak akan pernah lari daripada ilmu, pada bulan mulia ini eloklah kita menjadikan ia titik permulaan untuk mempertingkatkan ilmu kita dalam usaha mengenali dan mencintai 
nabi kita Muhammad S.A.W. orang cakap tidak kenal tidak cinta, bagaimana kita ingin membuktikan kecintaan kita kepadanya jika kita tidak mengenalinya? seharusnya kita bertanya kepada diri kita sejauh mana maulid yang kita raikan setiap tahun ini dapat mendekatkan diri kita dengan baginda?



-------------------------







Sajak Pertemuan Mahasiswa

Oleh : W.S. Rendra

Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

WS Rendra Muda

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana !
Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaja.


 Salam Maulidur Rasul
*ketika saya di Jordan sekarang saya tidak dapat merasai wujudnya sambutan Maulidur Rasul

0 ulasan:

 
Twitter Facebook Tumblr